Sebagai bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional, Gerakan Indonesia Menanam (GERINA) terus menjalankan kegiatan budidaya tanaman pangan di berbagai wilayah. Sepanjang Februari hingga April 2025, GERINA fokus pada pengembangan tiga komoditas utama, yakni padi, jagung manis, dan singkong, dengan metode budidaya yang terukur, inovatif, dan adaptif terhadap kondisi lingkungan.
Budidaya Padi: Ciherang, Inpari 32, dan Japonica
Kegiatan budidaya padi dimulai pada awal Februari 2025. Varietas Ciherang ditanam pada 7 Februari, diikuti oleh Inpari 32 dan persemaian Japonica pada 8 Februari. Pada minggu-minggu awal pertumbuhan (10–14 HST), ketiga varietas menunjukkan perkembangan yang stabil dengan pertumbuhan akar dan daun yang baik. Tahap ini juga ditandai dengan pemupukan awal menggunakan Urea dan NPK Phonska, penyemprotan pupuk organik cair dan pestisida, serta pembuatan saluran air untuk menghadapi curah hujan.
Pada usia 19 hari setelah tanam (HST), struktur tanaman semakin kokoh, dan daun mulai bertambah. Khusus varietas Japonica, yang dikenal lebih sensitif dibanding varietas lokal, dipindahkan dari persemaian ke lahan utama pada usia 20 HST dengan penanganan yang lebih hati-hati.
Memasuki bulan Maret, GERINA mulai menerapkan inovasi metode padi apung sebagai solusi budidaya di wilayah rawan banjir. Sistem tanam ini menggunakan rakit bambu, gelas plastik, dan media air, dengan varietas yang diuji antara lain Japonica, Ciherang, dan Inpari 32. Di waktu yang bersamaan, pemupukan lanjutan untuk Japonica di lahan tanah dilakukan menggunakan Urea dan KCl. Pembangunan kolam apung berukuran 4x15 meter pun terus berlanjut sebagai bagian dari uji coba metode ini.
Pada awal April (sekitar usia 60 HST), tanaman padi menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Tinggi tanaman telah mencapai ±1 meter, struktur batang menguat, dan jumlah anakan mulai meningkat. Pemupukan lanjutan dilakukan dengan campuran Urea, KCl, TSP, dan NPK Phonska. Pemantauan terhadap serangan hama dan penyakit terus dilakukan secara harian. Dengan kondisi pertumbuhan yang baik, panen diperkirakan akan berlangsung pada Mei 2025.
Budidaya Jagung Manis: Varietas Malenka
Penanaman jagung dilakukan pada 6 Februari 2025 di lahan bedengan. Tanda-tanda awal pertumbuhan terlihat pada usia 8 HST dengan munculnya daun muda, yang menandakan dimulainya fase vegetatif. Pada 13 HST (sekitar 19 Februari), pemupukan awal menggunakan Urea dan NPK Phonska dilakukan saat tinggi tanaman telah mencapai 20–30 cm. Guna menghindari genangan air akibat hujan, saluran drainase mulai dibangun sejak awal.
Pada bulan Maret, penguatan sistem drainase terus dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah dan mencegah stres tanaman. Kondisi jagung dipantau secara intensif, terutama dari aspek hama dan cuaca yang tidak menentu.
Memasuki April, jagung memasuki usia 8 minggu setelah tanam (61 HST), dengan tinggi tanaman mencapai ±2 meter. Pemupukan lanjutan diberikan menggunakan kombinasi Urea, KCl, TSP, dan NPK Phonska. Pengamatan terhadap hama dan penyakit tetap dilakukan setiap hari. Berdasarkan kondisi tanaman, panen direncanakan akan dilakukan pada akhir April 2025.
Budidaya Singkong: Varietas Lokal IR
Kegiatan penanaman singkong dimulai pada 9 Februari 2025, dengan total sekitar 1.400 pokok. Pada usia 10 HST, tanaman menunjukkan pertumbuhan awal yang baik ditandai dengan munculnya tunas dan daun muda. Varietas singkong lokal ini dikenal tangguh terhadap kekeringan dan relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit, sehingga sangat cocok untuk budidaya skala luas di berbagai kondisi lahan.
Pada usia 30 HST, struktur tanaman semakin stabil, dengan sistem perakaran dan tajuk yang mulai terbentuk. Penyiangan rutin dan pemantauan cuaca menjadi bagian dari perawatan berkala. Hingga April, tepatnya pada usia 58 HST, tanaman menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan stabil dengan tinggi mencapai ±1 meter. Meskipun belum memasuki masa panen, singkong menunjukkan respons pertumbuhan yang kuat dan menjanjikan.